Yeremia 20:7-13 | Mengeluh dengan Iman

Renungan Khotbah Tafsir Yeremia 20:7-13 Sebenarnya mengeluh ini dosa gak sih?
Yeremia 20:7-13

Semua Bisa Mengeluh

Mengeluh dengan Iman — Sebenarnya, mengeluh itu dosa gak sih? Inginnya sih kita semua mengatakan bahwa “mengeluh itu dosa” atau dengan kata lain, mengeluh itu sebenarnya gak boleh.

Inginnya seperti itu.

Seperti misalnya kalau kita membaca perjalanan bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun yang penuh dengan “keluh kesah” mereka kepada Tuhan, dan Tuhan “memarahi” Israel atas sikap mereka itu, kan.

Sebelum lanjut, bapak dan ibu bisa juga mengakses dan subscribe kanal Youtube kami dengan mengklik link dibawah ini. Terimakasih, Tuhan memberkati pelayanan kita bersama.

https://www.youtube.com/@gerryatje

Akan tetapi, dalam banyak ayat lainnya, kita pun bertemu dengan “keluh kesah” tokoh-tokoh Alkitab lainnya, yang lebih spesifik nama orang, dan tidak tanggung-tanggung, yang “mengeluh” itu adalah seorang nabi (atau tokoh penting lainnya dalam Alkitab).

Daud dalam banyak Mazmur nya, seringkali mengeluhkan “ini dan itu” berkaitan dengan perasaan Daud saat mengalami satu peristiwa yang membuatnya bergumul (terutama ketika berhadapan dengan orang-orang yang jahat).

Nabi Yeremia Mengeluh

Contoh lainnya, ya apa yang kita baca dalam pembacaan Alkitab kita hari ini.
Yeremia 20:7-13
Keluh kesah Yeremia akibat tekanan jabatannya
20:7 Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.
20:8 Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: "Kelaliman! Aniaya!" Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari.
20:9 Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.
20:10 Aku telah mendengar bisikan banyak orang: "Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!" Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh: "Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!"
20:11 Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!
20:12 Ya TUHAN semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.
20:13 Menyanyilah untuk TUHAN, pujilah TUHAN! Sebab ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat.
Yeremia mengeluh kepada Tuhan.

Menarik untuk kita lihat bahwa tepat sebelum perikop yang kita baca hari ini, kita menemukan bagian perikop yang menceritakan tentang Imam Besar Israel, Pasyhur bin Imer, memukul dan memasung Yeremia karena pemberitaan Yeremia (Yeremia 20:1-6).

Jadi, mungkin adalah suatu kewajaran bila kita membaca perikop kita hari ini, terutama ayat 7-10, yang isinya merupakan keluh kesah Yeremia kepada Tuhan – karena menjadi tertawaan, olok-olok, dicela dan dicemooh karena pelayanannya –

Rasanya, sangat manusiawi mengeluh karena merasa bahwa “jawaban ya kita terhadap panggilan Tuhan” ternyata dalam praktek lapangannya, orang-orang yang kita layani malah memperlakukan kita sedemikian rupa – seperti yang dialami Yeremia dalam latar belakang perikop kita hari ini (yaitu perikop sebelumnya).


Mengeluh dengan Iman

Sampai di sana kita ketemu dengan “tarik-menarik” antara mengeluh itu sebagai sesuatu yang Tuhan tidak sukai, sekaligus berhadap-hadapan langsung dengan sangat manusiawinya kita bila berhadapan dengan sesuatu yang berat, maka –tidak bisa tidak- mungkin kita akan meresponnya dengan keluhan.

Bila tergerak mendukung pelayanan kami di media website dan channel Youtube, bapak dan ibu bisa menyampaikan dukungan donasi ke nomor rekening:

BCA 1080463606

Bacaan Alkitab kita hari ini menjadi semakin menarik karena ternyata Yeremia tidak berhenti pada keluhannya semata. Tetapi Yeremia melanjutkannya dengan “suatu kesaksian imannya” di ayat 11-13. – bahwa dalam semua kesesakannya itu, Tuhan menyertainya, Tuhan membelanya dan Tuhan menyelamatkannya.

Mungkin hal itulah yang paling membedakan antara “keluhan yang dipermaklumkan oleh Tuhan” dengan “keluhan yang dimarahi oleh Tuhan”.

Jika seseorang hanya menyikapi jalan hidupnya yang berat dengan keluhan sana keluhan sini tiap tiap hari, tanpa dirinya melihat bahwa di dalam situasi yang berat itu Tuhan ikut campur tangan dalam memberikan kepadanya apa-apa yang diperlukan – maka keluhan itu menjadi suatu dosa.

Tetapi, ketika seseorang mengeluh, namun juga dengan imannya ia melihat bahwa ada campur tangan Tuhan yang memberi kekuatan-penyertaan dan penyelamatan, maka inilah yang dinamakan “mengeluh dengan iman”. Menundukkan keluh kesah kita dalam rancangan damai sejahtera dari Tuhan untuk kita.

Sharing
Apa yang kita lakukan saat mengeluh?

Mengarahkan pandangan kepada Allah ditengah-tengah persoalan berarti berhenti mengulangi keluhan Anda dan mengubah perbantahan dalam hati itu menjadi suatu doa yang mengarah ke atas. Pada saat itulah iman bekerja. (Tommy Barnett, Mukjizat Sudah Di Tangan Anda, 30)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>