I Korintus 10:1-13 | Belajar dari Kesalahan Orang Lain
Renungan Khotbah Tafsir 1 Korintus 10:1-13 Belajar (juga) dari kesalahan orang lain adalah penghematan waktu.

Belajar dari Kesalahan Orang Lain — Ceritanya ada dua orang pemuda, mereka saudara sekandung, yang satu baru saja lulus cum-laude dari sekolah Hukum. Kemudian ada yang bertanya kepada dia, "Kenapa sih mau sekolah hukum? Kenapa mau jadi pengacara? Sekarang lulus cum-laude, calon pengacara hebat nih." Pemuda itu pun menjawab: "Saya bisa seperti ini karena ayah saya."
Di tempat yang lain, saudara kandungnya dijebloskan ke dalam penjara karena merampok. Di penjara, dia ditanya sama sipir, "Kenapa kamu jadi kayak begini?" Dia pun menjawab: "Apa yang bisa saya harapkan dari seorang pemabuk seperti ayah saya?"
Di motivasi oleh hal yang sama karena memiliki latar belakang pengalaman yang sama - yang tidak mengenakkan - Akan tetapi mengapa menghasilkan perbedaan yang sangat jauh dari kedua bersaudara tadi?
Tema kita hari ini, dari 1 Korintus 10:1-13 (Belajar dari Kesalahan Orang Lain), kira-kira menjawab pertanyaan itu.
I Korintus 10:1-13
Israel sebagai suatu peringatan
10:1 Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut.
10:2 Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.
10:3 Mereka semua makan makanan rohani yang sama
10:4 dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
10:5 Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.
10:6 Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat,
10:7 dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria."
10:8 Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang.
10:9 Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular.
10:10 Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
10:11 Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
10:12 Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!
10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
10:1 Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut.
10:2 Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.
10:3 Mereka semua makan makanan rohani yang sama
10:4 dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
10:5 Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.
10:6 Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat,
10:7 dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria."
10:8 Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang.
10:9 Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular.
10:10 Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
10:11 Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
10:12 Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!
10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Pengalaman orang Israel dahulu membuktikan kepada kita tentang kesulitan itu. Seperti yang rasul Paulus katakan dalam perikop kita hari ini: mewanti-wanti agar tidak terjadi pengulangan kesalahan yang sama seperti Israel dahulu (ayat 6-11).
Saya jadi ingat ada orang yang pernah bilang begini: Kita harus memiliki iman seperti Israel. Lalu ada yang menanggapi omongan itu, "Saya gak mau kayak Israel. Mereka naik-turun imannya."
Ada dua hal yang mau saya ajak untuk kita renungkan bersama hari ini.
Beban Rasa Bersalah
Yang pertama,Tuhan tidak membuat kesalahan ketika Dia menciptakan kita sebagaimana adanya kita sekarang ini.
Bahkan ketika kita berbuat satu kesalahan pun, itu sama sekali bukan berarti kita adalah ciptaan yang salah, produk yang gagal.
Saya pernah membaca hasil penelitian salah satu universitas di Amerika yang mengatakan bahwa rata-rata setiap orang menghabiskan waktu 2 jam setiap harinya untuk merasa bersalah.
Bayangkan, dua jam setiap hari merasa bersalah karena kejadian yang sudah tidak bisa diulang lagi. Bukankah ini permasalahan kita bersama? Ketika satu pergumulan terjadi dan kita terjatuh di situ, rasa bersalah mulai datang dan kita berpikir kita layak untuk menghukum diri kita sendiri.
Katakanlah pencobaan memang datang dalam kehidupan kita. Dan ada kalanya memang kita tidak sekuat itu dalam berjuang di jalan Tuhan dan akhirnya kita terjatuh. Sakit.
Tetapi apakah itu menjadikan seseorang layak untuk menghukum diri mereka sendiri? Menjadikan diri kita semakin sakit dari yang sudah sakit karena kita bersalah?
1 Korintus 10:13
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Kita tidak layak untuk menghukum diri kita sendiri sedemikian rupa sebab Allah adalah pemilik hidup kita dan Dia setia. Ada jalan keluar yang disediakan oleh Allah dalam memulihkan kehidupan kita, jika kita mau.
Berbuat salah adalah satu peristiwa dalam kehidupan kita, bukan keseluruhan hidup kita. "Saya salah." Iya salah, pada waktu itu. Bukan selalu salah disetiap waktu kan.
Biarkan kesalahan yang pernah kita perbuat mengajarkan sesuatu yang bermakna bagi masa depan hidup kita.
Belajar (juga) dari Kesalahan Orang Lain
Yang terakhir,Pada dasarnya setiap orang sebenarnya tidak suka berbuat salah.
Mengapa? Karena tahu kalau berbuat salah pasti ada konsekuensi yang gak enaknya.
Ada satu cara yang sangat efektif supaya kita bisa meminimalisir kemungkinan kita mengambil tindakan yang salah, yaitu dengan cara belajar dari kesalahan orang lain.
Kita tidak punya banyak waktu untuk melewati kesalahan demi kesalahan (apalagi kesalahan yang sama) kemudian berproses untuk menemukan dan mengambil maknanya.
Dengan kata lain, kalau kita bisa belajar juga dari kesalahan orang lain, itu artinya kita bisa menghemat banyak waktu waktu kita untuk bisa melanjutkan proses kita menjadi pribadi yang diinginkan Tuhan.
Bayangkan jika kita mau dengan rendah hati belajar dari kesalahan kita dan juga sekaligus belajar dari kesalahan orang lain untuk tidak lagi mengulanginya. Betapa tangguhnya kita dalam menatap masa depan yang penuh harapan dan berkat yang memang Tuhan sediakan bagi kita.
Kunci untuk lepas dari ganjalan kesalahan dan kegagalan masa lalu adalah mengambil maknanya dan melupakan detail peristiwanya. (John L. Mason, An Enemy Called Average, 72)